Sejarah Singkat Perjuangan Cut Nyak Dhien, Pejuang Perempuan Dari Tanah Rencong.

Cut Nyak Dien, sebenarnya terlahir sebagai bangsawan yang sangat religius. Keluarga Cut-Nyak-Dien, tinggal di Aceh Besar di wilayah 6 Mukim dimana Saat kecil Cut Nyak Dien dikenal sebagai gadis cantik dan periang. Dia dididik di bidang agama dan pendidikan rumah dengan begitu taat, Tak heran, jika Cut Nyak Dien digandrungi banyak pria saat itu, Bahkan demi kecantikannya banyak pria yang memberanikan diri untuk melamar Cut Nyak Dien muda.

Tepat Pada tahun 1863, saat Cut Nyak Dien tepat berusia 12 tahun, orang tuanya seperti kebanyakan kebudayaan masyarakat Indonesia masa lampau, kemudian menjodohkan cut nyak dien dengan Teuku Ibrahim Lamnga, diusianya yang begitu belia. Pria tersebut merupakan putra tunggal ulebalang Lamnga ke 8, seorang pemimpin tokoh adat terkemuka di aceh. 

Kemudian Pada 26 Maret 1873, Belanda yang sedari awal telah membidik sumberdaya alam nusantara menyatakan perang terhadap Aceh. Serangan dari Rombongan Belanda melalui kapal-kapal dan pasukan kavalerinya, mulai menembakkan meriam ke daratan melalui armada Citadel van Antwerp. Atas kelebihan pihak Belanda kala itu dengan teknologi meriamnya, rakyat aceh pesisir tidak mampu lagi menahan laju pasukan belanda dan Kemudian, pada 8 April 1873, Belanda yang dipimpin oleh Johan Harmen Rudolf Köhler akhirnya dapat mendarat di Pantai Ceureumen dan langsung merebut dan membakar Masjid Raya Baiturrahman.

Rakyat aceh, yang terkenal dengan taat beragama sontak berang bukan kepala, yang Kemudian memunculkan seruan perang besar yang saat itu dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah. dimana rakyat aceh melawan 3198 prajurit Belanda bersenjata modern dimasanya. Namun, Kesultanan Aceh dengan semangat tinggi, bisa memenangkan perang pertama melawan Belanda, dengan  menewaskan Köhler dan membuat belanda harus mundur.

pada tahun 1874 hingga1880, di bawah kepemimpinan Jenderal iyan van Swieten, yang merupakan pemimpin pengganti Köhler, kemudian menyerang kembali aceh dengan Strategi yang lebih matang. wilayah 6 Mukim berhasil diduduki Belanda begitu juga dengan Kerajaan Sultan aceh, yang akhirnya harus jatuh ketangan belanda. Hal tersebut, juga menjadikan para pejuang aceh lari ketengah hutan.


Hal tersebut, juga memaksa Cut Nyak Dien dan para rombongan pengungsi, yang terdiri dari bayi bersama para lansia, serta beberapa rombongan pejuang yang masih selamat, harus menyusun kembali kekuatan ditengah Pengungsian mereka di hutan Aceh.

Sebagai bagian dari keluarga bangsawan aceh, dan tokoh terpandang, suami dari Cut Nyak Dien yakni Teuku Ibrahim Lamnga, mencoba mengambil peran dan tetap bertekad untuk merebut kembali daerah 6 Mukim. 

Beliau, merencanakan penyerangan 29 Juni 1878, Sayang, ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gile Tarum, dirinya harus tewas tertembus timah panas Belanda. Seperti tersambar petir di siang bolong, Mendengar gugurnya sang suami di medan tempur, Cut Nyak Dien mengeluarkan sumpahnya untuk menghancurkan Belanda dan melakukan Perjuangan seumur hidupnya.

Singkat cerita dalam masa Perjuangannya bergrelia, Cut Nyak Dienkemudian kembali di jodohkan dengan seorang pendekar sekaligus pejuang perlawanan rakyat aceh terkemuka, yakni Teuku Umar.
Cut Nyak Dienawalnya menolak, namun karena sikap lugas dan tegas Teuku Umar, serta mengizinkan untuk Cut Nyak Dien menepati sumpahnya berperang melawan Belanda. Cut Nyak DienKemudian menerima lamaran Teuku Umar dan mereka menikah pada tahun 1880.

Penggabungan para kedua tokoh pejuang ini, sontak membuat moral dan semangat para pejuang Aceh kembali bangkit. di kemudian hari, Akhirnya perang dilanjutkan dengan sistem gerilya ke pos-pos belanda di wilayah terdepan. Teuku Umar bertugas menyisir dan melemahkan pihak belanda dari sisi terluar mereka. Sedangkan Cut Nyak Dien bersiap memberi serangan kejutan pada pihak belanda ketika tengah mengejar rombongan teuku umar. semangat para pejuang aceh tidak pernah surut, hingga akhirnya untuk pertama kali tercetus sebuah himbauan bahwa perang aceh adalah  perang fi'sabilillah, yang dimana, ketika mayoritas rakyat aceh yang sebelumnya masih belum berani berperang, tiba-tiba entah dari mana Membuat gemuruh semangat ribuan rakyat Aceh bahu-membahu, turut serta ikut turun mengangkat senjata dan mendukung perjuangan Cut Nyak Dien.

Suatu ketika pada tahun 1875, Teuku Umar mencoba menjangkau Belanda dengan mencoba bersandiwara mempererat hubungan dengan Belanda. Hal ini berlanjut dengan Teuku Umar dan 250 anak buahnya, maju ke arah Kutaraja dan berpura-pura menyerah kepada pihak Belanda yakni pada 30 September 1893.

 Strategi Teuku Umar, ternyata berhasil meyakinkan pihak Belanda yang memang sedari awal tidak memiliki pasukan yang besar dan mencoba mencari aliansi. Sikap tangan terbuka ini, kemudian memberikan Teuku Umar kepercayaan untuk memimpin satuan pasukanya yang juga ditopang dengan senjata-senjata Belanda begitu juga dengan akses persenjataan.

Kesempatan emas tersebut dimanfaatkan sedemikian rapi, dimana Teuku Umar pada suatu ketika menyusup ke gudang senjata belanda dan meraup bersih senjata-senjata belanda, kemudian pergi menuju hutan tempat dimana Cut Nyak Dien bersama beberapa laskar rakyat Aceh telah menunggu mereka.

Berang akan penghianatan sang aliansi,  pemimpin militer belanda dalam ekspansi Aceh kemudian menggelar perintah membumi-hanguskan Aceh terutama Teuku Umar dan cut nyak Din. bahkan, jika itu harus dibayar dengan meratakan seluruh rakyat aceh yang tidak bersenjata. Akhirnya, Belanda mengirim satuan tempur pilihan dimana berisi orang-orang Tionghoa dan orang Ambon yang pro-belanda. Perjuangan Teuku Umar pun terhenti pada tanggal 11 Februari 1899, Ia gugur tertembak peluru Belanda dalam sebuah pertempuran yang begitu sengit.

Sepeninggal Teuku Umar, Cut Nyak Dien masih terus bertempur melawan Belanda Hingga akhirnya pasukannya takluk pada 1901. Salah satu penyebabnya adalah faktor usia Cut Nyak Dien yang tak muda lagi, Dia juga sering sakit-sakitan dan matanya mulai rabun.

Penangkapan Cut Nyak Dien berawal dari pengkhianatan pengawalnya yang bernama Pang Laot. Ia melaporkan lokasi markas Cut Nyak Dien kepada Belanda. Sang pahlawan tangguh itu kemudian ditangkap Belanda dan dibawa ke Banda Aceh, untuk selanjutnya dibuang ke Sumedang Jawa Barat.
Akhirnya Belanda mengirim unit mar-cose yang merupakan unit polisi militer tambahan belanda, dimana berisi orang-orang Tionghoa dan orang Ambon yang pro-belanda.
Perjuangan Teuku Umar pun terhenti pada tanggal 11 Februari 1899. Ia gugur tertembak peluru Belanda dalam sebuah pertempuran yang begitu sengit. Sepeninggal Teuku Umar, Cut Nyak Dien masih terus bertempur melawan Belanda. Hingga akhirnya pasukannya takluk pada 1901.

Salah satu pe-nyebabnya adalah faktor usia Cut Nyak Dien yang tak lagi muda, Dia juga sering sakit-sakitan dan matanya mulai rabun. Penangkapan Cut Nyak Dien, berawal dari pengkhianatan pengawalnya yang bernama Pang Laot, Ia melaporkan lokasi markas Cut Nyak Dien kepada Belanda. Sang pahlawan tangguh itu, kemudian ditangkap Belanda dan dibawa ke Banda Aceh untuk selanjutnya dibuang ke Sumedang Jawa Barat.

Atas jasa yang begitu besar serta ketangguhannya sebagai perempuan pejuang, cut nyak Dien tidak hanya dikenang oleh warga aceh sebagai simbol perjuangan, melainkan, seluruh generasi muda Indonesia telah tau bahkan harus tau, dialah sang Kusuma bangsa. Hingga pada akhirnya 8 tahun di pengasingan, tepat pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dien wafat karena faktor usia.

Komentar

Postingan Populer