Ketika Presiden Soeharto Kena Gebuk, Siapa Yang Seberani Itu?
Presiden Soeharto adalah presiden dengan masa jabatan terlama sepanjang sejarah, Beliau dijuluki sebagai The Smiling jendral atau Sang Jendral yang selalu Tersenyum, tak ayal dibalik senyuman tersebut selalu tersirat jutaan pemaknaan bagi orang orang disekitarnya.
Masa pemerintahan presiden Soeharto dikenal sebagai masa Orde Baru, Stabilitas nasional sangat terjaga, namun masalah kebebasan berpendapat begitu dibatasi, media mendapatkan tekanan luar biasa, para aktivis di bungkam dalam diam, namun, pembangunan di indonesia terlihat makin bertumbuh dari waktu ke waktu.
Pada era kepemimpinan Soeharto, seluruh elemen serta unsur pemerintahan berada pada presiden, dimana sang presiden, memegang penuh fungsinya dan karena itu jugalah, Suharto begitu disegani bahkan dari tingkat atas hingga ke tingkat bawah.
Kekuatan militer dapat dipegang penuh, sehingga kekuatan sang presiden ke 2 Indonesia ini begitu sulit tergoyahkan sampai 3 dasa warsa lamanya. Namun, ada fakta unik tentang peristiwa memalukan yang dialami presiden Soeharto dalam lawatanya ke jerman, Dan Rasanya tak ada aksi demonstrasi terhadap seorang Presiden di Indonesia yang seekstrim seperti apa yang dialami Soeharto.
Awal mula peristiwa tersebut terjadi ketika Pameran dagang bertajuk Hannover Fair, yang dilangsungkan di jerman pada bulan April 1995. Dalam pameran tersebut, presiden ke 2 Indonesia ini dijadwalkan untuk melawat ke sejumlah lokasi dijerman, termasuk ke Musium Zwinger, dimana saat itu, Kedatangan rombongan Soeharto ialah dalam rangka Menyaksikan pameran lukisan Raden Saleh, sang maestro pelukis asal tanah air yang tersohor di Eropa dimasa pendudukan belanda ditanah air.
Mendengar kedatangan Soeharto ke jerman, para aktivis Amnesty Internasional yang bermarkas di London, hendak ambil bagian dalam aksi unjuk rasa menolak kedatangan Soeharto. dimana kala itu kelompok ini juga menggandeng para aktivis Timor Timur dan memainkan isu pelanggaran Ham dalam operasi seroja yang menewaskan warga sipil.
Tepat pada 5 April 1995, Soeharto yang ditemani oleh ibu negara dan sejumlah menteri-mentri dikabinetnya mengunjungi Musium Zwinger di kota Dresden sesuai dengan agenda kedatangannya.
Kala itu, Soeharto juga ditemani beberapa ajudannya seperti Kolonel Sjafrie Syamsoeddin dan Letnan Kolonel I Gusti Sueden.
Untuk menuju kedalam musium ternyata rombongan harus Jalan setapak sekitar 100 meter, melewati jembatan kecil sebagai penghubung yang merupakan sarana taman dari musium tersebut, saat itu terlihat pula ada belasan polisi Jerman yang turut berjaga sebagai bagian dari protokol wajib keamanan bagi tamu negara.
Namun, diluar gedung, tibatiba masa yang entah dari mana datangnya Nampak mulai berkumpul di gerbang Kronentor, yakni sebutan pintu masuk gedung musium tersebut, kerumunan nyaris berjumlah 200 orang, Yang Mayoritasnya didominasi oleh anak muda warga negara Jerman dan beberapa nampak seperti orang Indonesia.
Ternyata Massa tersebut berkumpul dengan memiliki satu tujuan utama: yakni mempermalukan presiden Soeharto di depan publik, yang dimana ini merupakan respon para aktivis tersebut terhadap kebijakan yang diambil oleh Indonesia, yang dianggap menjajah rakyat Timor Timur.
Sialnya, Jalur yang dilewati Suharto adalah jalur para demonstran yang penampilannya lebih mirip seperti turis tersebut, hingga tak terlihat ada tandatanda awal yang mencurigakan, bahkan Paspampres yang menemani sang presiden tidak berfikir akan ada gerakan protes dalam lawatan mereka ke Jerman.
Dan Dalam sepersekian detik, sekitar jarak 100 meter dari massa yang berkumpul, suasana kemudian berubah menjadi neraka bagi delegasi Indonesia. Ratusan orang tadi mengambil spanduk yang mereka sembunyikan dan menggelar demonstrasi dadakan. Bahkan, aktivis-aktivis tersebut memaki presiden Suharto dengan kalimat kasar, serta tak sedikit pula yang mengeluarkan panci dan spatula dari tas masing masing untuk menciptakan kegaduhan.
Sebagian lagi masa yang tidak terkendali tersebut, nekat melemparkan telur yang sudah mereka persiapkan, Pasukan Pengaman Presiden syok, Payung segera dikembangkan demi melindungi sang presiden dan ibu negara.
Bersamaan dengan itu, beberapa aktivis yang berasal dari Timor timur yakni Luciano, bersama Vitor Tavarez dan Jose Manuel, merangsek masuk, vitor tavarez dan jose manuel mampu di halau oleh Paspampres untuk mendekati Soeharto, namun celaka ternyata luciano sang aktivis muda justru dapat lolos dan dengan segera mengarahkan pukulan ke kepala sang presiden dengan tumpukan koran.
Beberapa saksi sejarah peristiwa tersebut menuturkan bahwa wajah Soeharto mem merah menahan rasa amarahnya ketika keluar dari Musium. Ini bisa di mengerti, karena Soeharto yang begitu ketat dengan tradisi jawa selalu melihat dirinya sebagai raja yang memimpin sebuah negeri, Dan bagi seorang raja, kepala atau prabu itu adalah bagian yang disucikan, pantang hukumnya menyentuh apalagi berani memukul.
persoalan ternyata belum selesai sampai disana, Rombongan presiden Soeharto yang mengamankan diri menggunakan bus ternyata masih dikejar oleh para demonstran.
Sebelum bus hendak tancap gas pergi dari Musium Zwinger, ternyata Para demonstran sudah mengelilingi bus tersebut, kemudian aksi menggoyang goyang bus pun terjadi, dimana presiden dan rombongan berada di dalamnya.
Bisa dibayangkan, betapa marahnya Soeharto kala itu. Juga, betapa ketakutan para Paspampres yang dituntut untuk bisa sesegera mungkin menyelamatkan sang presiden dan juga menjaga martabat sang simbol negara.
Pada saat itulah, sang diplomat paling terkemuka Indonesia yakni Ali Alatas, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia terlihat murka dan mengacungkan jari tengahnya kepada para demonstran. dan hingga kini foto tersebut menjadi salah satu foto aikonik yang dikenang sebagai bagian dari insiden memalukan di musium Zwinger.
Komentar
Posting Komentar